UTS Ada yang Nanya Gw??

Setelah lama ga ngeblog, akhirnya gw kembali... "I'm KAMBIIIING"

---------------------------------------------------------------------


“Ah, besok ini ga keluar kynya.” Begitulah suara hati gw waktu menatap materi berjudul PROTOTYPING kemarin dan melewatkannya begitu saja.


Ya, hari ini UTS hari pertama gw. Can’t u imagine???? Of course u can’t coz u’re not me (apa c? penting banget). Waktu gw baca soal nomor pertama yang terbesit dalam pikiran gw cuma, “Hah?! Oh my gosh!!! Stupid mistake!!! Dudul gila!!!”. Jelas aja, wong soal pertama tentang Prototyping yang gak gw baca kemaren gara2 the worst feeling gw yang menjerumuskan. Justru materi yang ga gw baca malah keluar, di nomor satu pula, point-nya 20 pula!!! Raib sudah 20 point di tangan (pak…kasih ongkos nulis dong, kan uda ngarang cape2…T.T).


Beranjak ke nomor dua dan meninggalkan nomor satu yang belum terjawab gw bernapas lega, “Thanks God!!! U still love me!!!” Bayangin aja, soal-soal berikutnya adalah tentang materi yang baru gw baca dari catatan temen tadi pagi. Dengan kata lain yg gw pelajari kemarin gada yg keluar tapi berkat catatan temen, I can survive! Hahaha…


Eh eh pas lagi ujian temen di depan n belakang mulai melancarkan aksinya.


“ssh… ssh…van…” kata temen depan dengan bahasa mencontek sehari-hari.

”Apa?” Jawab gw.

Primary key ^&*$@!@** yang mana?” Bisiknya ga jela

Primary key yg mana?” Balas gw pelan.

Primary key &^%@$(*#....” Kembali ga jelas.

“Yang nomor 5 ya??”


---------------hening----------------


Eh temen depan ga nyahut, kayaknya dia kapok nanya sama gw gara-gara gw congek ga jelas gitu. Tapi berbeda dengan temen belakang.


“Nomor satu van.” Bisiknya dari belakang.


Gw buka lembaran soal nomor satu...terdiam sejenak... Berusaha mencerna soal yang amat sangat familiar itu namun...kembali terdiam...


Akhirnya gw nengok ke belakang dan berkata, “Gw ga bisa.” Ya jelas ga bisa ‘kan ga belajar yang prototyping.


Karena buntu, akhirnya gw mengarang indah jawaban nomor satu. Indaaaaaaah banget sampe gw menulis hal bodoh yang baru gw sadari setelah keluar dari ruang ujian. Pertanyaan nomor satu adalah seperti berikut: ”Jelaskan Prototyping serta kelebihan dan kekurangannya!”


Dan jawaban dari si otak encer (gw tentunya) seperti berikut:

“Kelebihan:…, lebih sederhana ;

Kekurangan:…, mahal.”


Ya, mengerti para pembaca?? Bila tidak mengerti tolong dibaca lagi pertanyaan dan jawabannya. Kalo masih ga ngerti, kebangetan!


Mari kita coba cerna, suatu barang memiliki kelebihan lebih simpel (sederhana) dan mahal sebagai kekurangannya. Silakan dicerna dan dimengerti... Ya, benar!!!! Mana ada suatu barang yang lebih sederhana namun mahal? Mana ada???? Mana ada???? Mana adaaaaaa??????????




-end-

Web-Cerpen

wGuyz, masih inget kan sama cerita yang gw buat n pernah gw tampilin di blog gw ini yg judulnya In the Same Earth!!?????

Hehe, cerita gw itu dah berhasil masuk ke www.ilmuiman.net!

Dari 6 part cerita diedit sananya menjadi 4 part aja tapi ceritanya tetap utuh, kok. Part pertama gw dapet kelas Bronze tapi sisa part yang lain gw dapet kelas Gold!!! Hahaha gw aja gak nyangka!!!

Anyway, don't forget to read it there!!!

>>>>> www.ilmuiman.net

She Touched My .... ups

Rabu, 13 Agustus 2008 merupakan hari yang menyenangkan sekaligus hari yang paling hina bagi seseorang. Hari yang seharusnya menjadi hari terindah melepas rindu setelah lama tidak berkumpul bersama telah menjadi hari yang horor bagi seorang perempuan berkaca mata ini.

Setelah penantian yang cukup lama, akhirnya gw, Do2, Mikey, Ke2, n Stevi melihat sesosok manusia yang selama ini tidak terlihat. Ya, Mei2 datang dan menghampiri kami yg udah capek nunggu. Dengan penampilan barunya yang memperlihatkan poni terbarunya, Mei2 berjalan seperti biasa, lambat sambil senyum-senyum mesem geje. Akhir acara pertemuan itu ditutup dengan foto-foto (makasih ya pak security), ketawa ngakak, dan suatu hal yang tidak terduga. Suatu perbuatan yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang Mei2 tapi…dia melakukannya…pada diriku…pada bokongku… Oh gosh!!!

Begini ceritanya, waktu gw sama yang laen duduk2 di pegangan tangga. Mei2 yang ada di samping pegangan itu (ga duduk) asik bercanda ria bersama Stevi dan Ke2. Gw sama sekali ga menyangka kalau ternyata Mei2 sudah berubah, tidak seperti Mei2 yang dahulu kala. Entah kenapa gw merasakan bokong gw menyentuh sesuatu, oh oh…apa itu? Kenapa lembut sekali (goblooook mesum banget!)????

“Mei2!!! Apaan sih lo?” Teriak gw begitu menyadari tangan Mei2 menyentuh bokong gw.

“Ih apa c???” Mei2 mengelak, dia tahu bahwa perbuatan hinanya itu ke-gap sama gw.
“Jangan megang-megang pantat orang dong!”

”Siapa yang megang???” Mei2 kembali mengelak dengan wajah malu-malu.

”Itu buktinya. Tadi ngelus-ngelus pantat gw!!!!” Gw protes.

”Ga sengaja!!! Iiih...”

Setelah perdebatan yang cukup lama, gw, Do2, Mikey, Ke2, n Stevi serentak menertawakan kepolosan perbuatan Mei2 yang hina itu. Dan tololnya lagi, Do2 lanjutin perdebatan itu dengan kalimat yang bombastis...

”Untung pantatnya ga dicolok-colok pake jari.”
........................sumpah....................jorok abiiiiiiiiiiezzz..................

Ga habis pikir ketua Teen gereja bisa ngomong kaya gitu.

”Ihhh apa c??” Mei2 kembali berontak dengan memukuli gw yang teraniaya.

Ngocol banget, mpe pulang tetep aja godain Mei2. Kasihan dia menjadi bulan-bulanan teman-teman dekatnya, hwhwhw!!!

Ampuuuuuuuuuuuuuuuuun bu.....!

Klarifikasi: Mei2 sebenarnya tidak sengaja menyentuh pantat gw coz dia lg senderan di pegangan tangga T.T (kenyataan yang pahit)

Nelpon SePUASNYAAAAAA

She’s back. Wow… I can’t believe it for sure!!! She’s back from Australia. Welcome back Stevi…!!!!!!!!!!!!!!!!

“ Hai Opan… Masih ingat dengan teman lamamu tidak? ”

Begitulah sms yang gw terima dari nomor 3 yang ga gw kenal Senin kemarin. Hmm teman lama??? Yang biasanya manggil gw Opan ga banyak jadi gw langsung membidik seorang cewek dalam pikiran gw. Stevi... Ga salah lagi! Memang thu hamchoi yang sms gw, wkwkwk. Kangennyaaaaaa....

Tanpa ada kabar berita kepulangan dia ke Indo, tentu sms itu membuat gw kaget dan tak mampu menahan haru. Air mata gw menetes, ya terus..terus menetes. Tak disadari bola mata pun ikut bergeser keluar dan ”menetes” pula. O my gosh!! She’s back!! She’s in Indonesia right now!!! Oooo come on, I’ve missed her very much since one year ago. Finally, one of my best friends has come back from her’s study.

Langsung aja Stevi ‘hamchoi’ ngajakin pergi bareng, poto-poto, dan candle light dinner (swt…). Yap, Senin depan merupakan hari bersejarah bagi KID Band yang setelah sekian lama vakum dari dunia rekaman untuk bersatu kembali membina sebuah keluarga bahagia yang utuh. Tapi kenapa lagi-lagi Gading???? Kenapa kalo kemana-mana mesti ke Gading?? Huhu dengan terpaksa gw mengiyakan demi pertemuan keluarga yang telah terisah ini secara rumah gw yang paling jauh dari mall gede nan beken itu jadi rada terpaksa perginya. Bayangin aja dari ujung ke ujung Jakarta baru dah gw bisa sampe ke mall gede nan beken itu. Lah, kok jadi curhat?? ^^

Ga lama hp gw bunyi dengan nomor lain lagi yang ga gw kenal.

”Halow?” Sahut gw.

”Opaaaan... Ini Stevi!”

”AAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaah???!!!” Gw teriak haru penuh horor. ”Stevi???! Stevi hamchoi itu kah? Yang artinya sayur asem itu?!! Stevi kan??”

Dia hanya senyum-senyum asem denger kehebohan gw (menurut bayangan gw c y)

Uda deh, setelah telepon itu pasti dia bayar telponnya nunggak, ckckck gini deh kalo sepasang saudara terpisah bertahun-tahun lamanya.

Esok harinya, Fryske gantian yang nelpon gw menceritakan kedatangan Stevi yang sangat ia cintai. Tumben sekali dia nelpon gw, biasanya dia anti banget buat gunain pulsa hp-nya. Mungkin saking senangnya akan kedatangan sang hamchoi kali yee. Tapi yang gw salut dari dia, dia ngomong begini:

”Ya eyalaaah.. Gw kan pake XL Bebas.. Gratis nelpon sePUAAASSSSSSNYAAA!! Ahaha!”

Norak banget sumpah, gw aja pake Jempol yang masih bayar ga senorak itu deh. Dibayar berapa c dia buat ngomong gitu? Promosi kaleee!

Eh ga lama kemudian (yang katanya baru 17 menit) teleponnya keputus. TUUUUUUUUUUT... Apanya yang sepuasnya? Sableng!

Zzzzzzz...swt...

Ngomongin Dosen LIA?!!!

Apa yang bakal terjadi kalau beberapa orang murid tidak menyukai gurunya? Apa yang bakal terjadi kalo sang guru diomongin di belakang oleh muridnya? Setidaknya itulah yang terjadi hari Selasa kemarin. Sampai saat ini gw masih memikirkan kemungkinan dari akibat yang bisa didapat dari ngomongin seorang dosen.

Dengan ketidaksengajaan gw sampai ke LIA Mercu Buana lebih cepat dari biasanya. Di luar dugaan, hanya gw seorang diri di dalam gedung yang masih sepi kaya kuburan. Les mulai jam 19.10 dan gw uda nyampe jam 19.00, bayangkan… Masa jam segitu belom ada yang dateng?!!! Parah parah… Dengan gundah gulana gw berpikir kalo gw salah jadwal tapi setelah gw liat jam dan hari lesnya ga salah tuh. Gw berpikir lagi, jangan-jangan gw salah gedung tapi pikiran odong gw itu uda terlalu di luar logika, wong gedung LIA emang cuma satu kok! Ato gw salah kelas?? Tapi ternyata tidak.

Sekitar jam 19.10 dua orang temen gw pun datang dan saat itu kami berpikir, kok cuma bertiga? Kalo kata Aming, “ada apa ini ada apa?” dengan gaya lebainya itu. Dan dari tiga orang terkutuk inilah muncul topik yang jahat, kejam, sadis, dan keji banget.

“Eh, Van. Menurut lu dosen yang baru itu gimana? Ga enak yah.” Kata Steffanie sang sekertaris yang lagi memfasihkan bahasa inggrisnya.

Dengan kepolosan dan kenaifan gw pun berkata, “Biasa aja.”… dengan tanpa ekspresi.

Anak kecil yang baru lulus SMA yang namanya Devi pun menghebohkan suasana sepi itu, “Iya tau ga enak. Temen gw pernah diajar sama bapak itu dan katanya emang ga enak banget.”

”Udah gitu ngomong inggrisnya ga gitu jelas lagi.” Sambung Steffanie yang mulai merasa inggrisnya lebih jago.

”Iya, iya bener. Gw ga ngerti deh dia ngomong apa. Belibet gtu.” Keburukan gw pun muncul, gw mulai menikmati obrolan ga mutu itu.

Obrolan serta gosip busuk itu pun semakin membabi buta. Dengan enaknya kami bertiga ngomongin dosen yang ternyata uda lama ada di dalam kelas, swt...

Tina pun datang, sang mahasiswi yang ingin jadi guru inggris itu pun mengajak kami bertiga untuk masuk kelas. Tapi emang dasar Ovan, ga tau diri, ”Tar aja Tin. Dosennya belum nyuruh kita masuk ini.”

”Oh gitu y. Yadah gw ikut u aja deh, hihi.” Tina pun sepakat.

”Jadi males les neh gw, pulang yuk.” Devi yang masih belum pengalaman dengan asam garam kehidupan pun mulai menyerah. Makanya Dev, kuliah di binus aja. Garem binus asem banget lho. Meskipun dibilang gitu, dia tetep ogah masuk binus.

Ga lama, Billy, sang mahasiswa binus yang baru lulus pun dateng dengan mukanya yang cengo’ liatin kita yang masih sibuk ngerumpi di depan kelas. Mungkin pikirnya, ”Udah lewat jam masuk kok masih pada di luar ya ??? Ga berkelas banget sih.” Tapi ujung-ujungnya dia pun ga masuk kelas n ikutin ngedenger obrolan ga mutu itu.

Dengan rasa ga enak hati, akhirnya kami pun masuk kelas secara dosennya uda nyuruh masuk (terpaksa pak, maaf T.T). Bersambung …………..

Sadisnya ABG Zaman Sekarang

Sadiiiiissss. Tapi yang ini bukan sadisnya Afgan. Hari ini gw denger berita kalo tiga remaja ABG (Anak Bule Gila) uda bisa nyolong motor pake senjata api. Aneh aja gitu, kok bisa ya mereka mencuri motor dengan senjata api? Apa motornya ditembak atau dihangusin dulu jadi abu biar bawanya gampang? Masuk akal sih tapi aneh nian!

Apa ga ada cara yang lebih oke gitu? Misalnya nyolong motor pake jala, kan lebih masuk akal! Tinggal ditebar jalanya trus tarik deh, pasti motornya keseret daripada pake senjata api yang ga ada faedahnya.

Ato kalo mau nyolong yang lebih mahal kek, kayak mobil gitu. Nyolongnya ya jangan pake senjata api lagi, dong. Ga eksis banget c? Yang ada thu mobil malah rusak ditembakin. Jadi pake apa dong? Ya pikir aja sendiri, gw kan cuma kasih masukan :p

Liburan Bersama Artis

Masa liburan telah tiba, oooh andai saja ku ditemani oleh seseorang, entah itu artis ibukota ataupun ibudesa pasti ku akan bahagia dan takkan ku bosan ria.

Hmm liburan yang agaknya membosankan ini sebaiknya digunakan untuk apa, ya??? Tidur? Kayaknya gak deh, bisa-bisa gw jadi beruang kutub yg kerjanya hibernasi doang selama 2 bulan. Makan? Hmm pengen juga c sepanjang liburan makan terus tiada henti biar berat badan gw nambah tapi jangan sampe deh, bisa-bisa di koran-koran muncul headline yang memalukan “Seorang Mahasiswa Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Bernyawa Setelah Makan Tiada Henti Selama Dua Bulan Liburan”. Baca? Hmm saat gw ingin mewujudkan kegiatan baca itu, gw langsung inget klo mata gw minus (apa hubungannya??).

Hmm, coba seandainya kalo Maia Ahmad menggaet Inul Daratista untuk duo barunya bukan dengan si Mei-chan, pasti gw tetep kuliah. Ya eyalah, males banget liburan di rumah doang nonton berita gossip yang tayang malang melintang dari pagi ampe malem ngomongin duo barunya Maia bareng Inul, males banget ga seeeeeee? (bayangkan yg ngomong Fitri Tropica ‘Prime Time’).

Atau mungkin lebih baik selama liburan artis-artis ibukota dan ibudesa didatangkan ke kampus gw tercinta. Gw jamin, pasti liburan jadi ga libur coz semua mahasiswa dateng ke kampus buat bakar thu kampus. Gimana nggak?! Yang dateng cuma Mpok Ati sama Bojes AFI yang dah lama ga kedengeran lagi pamornya.

Hmm tapi sebuah ide brilian terlintas di benak gw, yaitu… NALAJ-NALAJ (jalan-jalan). Akhirnya gw hubungi teman SMA gw yang sudah lama tidak berhubungan lagi dengan gw, namanya Mikey. Gw ajak dia jalan ke monas tapi dia sedikit kaget. Oh, apakah gw mahasiswa yang terlalu cinta akan sejarah Indonesia hingga gw pengen pergi ke monas? Akhirnya dia menyanggupi ajakan gw. Eit, tapi gw ga mungkin berhomo ria bareng dia seorang! Gw harus ajak yang laen, ya...benar! Misi ini harus berhasil!! Mission Possible but don’t know...will it be possible???

Sungguh, meskipun liburan gw kangen banget kuliah (ca’elaaah, merasa diri mahasiswa teladan gitcu duech). ZZzzzzzZZZzzzz, swt…

Bapak & Model Kalender (Nauzubillah himin zaliq)

Oke, postingan hari ini cukup agak menggelikan dan mengejutkan. Mengapa?? Karena gw beserta teman-teman kampus berhasil menguak misteri berdarah salah satu dosen yang mengajar di Univ B**** (sensor dulu) hehe, sebut saja Bapak Yana :p.

Sabtu, 14 Juni 2008... Saat pelajaran elemen mesin berlangsung dengan hikmatnya, dari sudut kiri, tengah, kanan, depan, dan belakang begitu memperhatikan mata kuliah yang diajar oleh Bapak Yana (tepatnya belajar sambil berkomentar). Gak lama kemudian sang bapak mulai menjelaskan dengan mengambil posisi yang tampaknya wuenaaaaaak tenan, yaitu duduk di atas meja dosen yang seharusnya tidak boleh, tidak diijinkan, dan sangat dilarang untuk ia lakukan karena perbuatannya itu merupakan suatu awal dari musibah yang mengorbankan banyak anak didiknya.

"Hihii..." Eh eh, gw mendengar tawa makhluk di belakang gw.

"Hihihihi... hiiiihiihi." Gilang dan David tertawa kecil, ketawa mesum bukan y???

Dengan rasa penasaran terhadap apa yang mereka tertawakan, gw kembali memperhatikan buku yang ada di hadapan gw sambil bengong-bengong sendiri secara gw ga ngerti apa yg diomongin dosen. Ga lama tatapan gw tertuju pada Lusi dan Merci yang sehabis berbicara dengan Gilang, mereka langsung tertawa ga karuan sambil ditahan-tahan biar ga kedengeran dan mungkin biar mereka tampak anggun kalo tertawa. Sumpah, gw makin penasaran. Otak cerdas nan lemot milik gw ini semakin bekerja dengan keras mencoba mengetahui sisi gelap yang sedang ditertawakan mereka.

Kemudian gw melihat Lusi nunjuk-nunjuk ke depan, ke arah dosen tapi... Kelemotan gw masih menghambat gw untuk mengerti apa yg dimaksud oleh telunjuknya Lusi. Tiba-tiba rasa penasaran gw terpuaskan. Tiwi yang duduk di sebelah gw tiba-tiba ikutan ketawa heboh sambil nyebut-nyebut nama gw (uda kayak baca mantra aja die).

"Van...Van.. Hihihi.."

"Napa Wi?" Gw nanya makin penasaran.

"Lo tau ga seh, mereka ngetawain apa? Hihi..Hi..Hi..Hhh..Hiii..."

Waduh, sabar wi. Ngomong uda kayak orang sesek napas aja... "Gak tau, mang ada apa?"

"Lo liat Bapak Yana ga??"

Seketika itu juga gw menatap sang bapak dosen yang dedang duduk berpose di atas meja dosen.
"Kata Gilang, bapaknya mirip model kalender. HUAHAHAHA!"

Gw bengong sebentar, cukup 3 detik untuk mencerna tawa Tiwi dan... "HUAHAHAHA!"Gw pun ga kuasa lagi menahan tawa yang sempat terkubur dalam.

"HUAHAHAHAHAA!!!" Nauzubilah himin zaliq Tiwiiiii... Ketawanya makin heboh aja...

Pendengaran Billy yang duduk di depan tampaknya cukup tajam. Dia langsung menoleh ke arah belakang dan dia menatap gw tajam. Oh oh ada apa ini?? Sang pakar MLM menatap gw dengan seribu arti yang tak bisa terartikan??! Oh oh...

"Kenapa lo Van?" Sekali lagi dia natap gw sambil senyum-senyum geje terbawa arus tawa gw.

"Hihihi... Tanya Gilang deh."

Gak lama dia nanya Gilang dan ga pelak lagi... "Wkwkwk Ihihihihi!! parah parah... Hihihi" Tawanya cukup membahana di balik awan.

Akhirnya terjadilah tawa estafet yang menggelikan di ruangan kelas, sumpah ribut banget...

"Hahahaha...hihhhii....wkwkwk...shhhh...ssshhh....ckikikik..." Sumpah, bermacam-macam jenis tawa terdengar di penjuru bumi... Kacau... Nauzubillah himin zaliq (gw lagi demen nyebut ni kata hahaha, thx tiwi...).

Lalu Evani yang duduk di depan Tiwi menengok ke belakang dan nanya, "Kenapa c?" Mungkin dy merasa terganggu dengan keributan yg terjadi.

Eli pun ikut serta membantu Evani, "Kok pada ketawa c?"

Baru aja gw pengen menjelaskan kejadian bodoh itu, Tiwi langsung menyela gw, "Ahhh jangan Van... Jangan... " Apa coba??? "Jangan..." Agaknya kata-kata itu cukup mengganggu.

"Mang kenapa Wi?"

"Kasian bapaknya... Hahaha."

Gw hanya bisa diem, memikirkan perkataan Tiwi. Kalo kasian napa masih ketawa????? Nauzubillah himin zaliq!!!!!!!!!!

Akhirnya sampai sekarang Evani dan Eli tetap tidak mengerti apa yang kita tertawakan, kasian mereka... huhuhu

In The Same Earth (6) - NYANYIAN AWAL PERJALANAN

Sabtu ini, Lyn akan memperdengarkan suaranya yang aduhai dan sekaligus akan mengucapkan selamat tinggal pada diri gue yang malang ini.

Dengan kecekatan gue, Honda Jass gue pun sampai tepat pada waktunya di tempat perlombaan yang sebenarnya nggak terlalu bagus. Dilihat dari mana pun juga, tempat ini kurang layak bagi seorang Tom Cruise (sembilan puluh tahun) kayak gue ini. Lihat saja, daun-daun kuning rontok di sembarang tempat, di sepanjang gedung itu pun hanya terlihat satu tempat sampah saja yang berdiri dengan kokohnya bak tugu monas.

Tapi walau pun seperti ini keadaannya, sebagai seorang cowok yang telah belajar menjadi ’sensual’ kepada anjing peliharaannya, gue harus memasuki gedung ini dengan langkah yang pasti demi calon istri masa depan gue. Ca’elaaaah...

Di panggung yang telah didesign sedemikian rupa, terlihat Lyn sedang berdiri di antara para kontestan lainnya. Ia seperti burung gagak di antara kawanan angsa. Gimana, sih Lyn ini? Selera berpakaiannya rendah sekali.

Akhirnya Lyn pun mendapat giliran untuk menampilkan kebolehannya. Sebelum bernyanyi dia menarik napas terlebih dahulu dan membuka mulut. Lebaaaar...

Untung di sini nggak ada lalat hijau, bisa-bisa dia batuk-batuk habis nelen itu lalat. Hehe.

For a shield from the storm

For a friend

For a love to keep me safe and warm

I turn to you

For the strength to be strong

For the will to carry on

For everything you do

For everything that’s true

I turn to you…

Itulah sepenggal syair yang dinyanyikan oleh Christina Aguilera gadungan, yang tak lain dan tak bukan adalah pacar gue sendiri.

Lyn mengakhiri lagu itu dengan lirikan matanya kepadaku. Gue pun nggak mau kalah, gue balas lirikannya dengan goyang mautnya Inul. Lho...

Suaranya yang pas-pasan membuatnya tersingkir dari juara I dan II. Tetapi dia berhasil membawa pulang piala juara... bukan juara III, melainkan juara harapan III!!!! Baguslah masih dapat piala.

Di bandara yang luas dan bersih ~berbeda dari tempat lomba itu~ gue berjalan di sebelah Lyn. Berjalan sambil membawa kopernya yang berat. Beginilah pengorbanan yang seharusnya tidak gue lakukan bila masih nge-jomblo.

”Dun, sampai sini saja nganternya.” katanya sambil mengambil alih kopernya dari tangan gue.

”Bener sampai sini aja?” Gue menunjukkan wajah care gue sama dia.

”Dun, pengetahuan umum loe seluas apa, sih? ’Kan yang nggak punya tiket dan passport cuma boleh sampai sini doang. Ada tulisannya lagi, pas di atas kepala loe yang nggak ada isinya itu.”

Gue nyengir kuda...

”Sudah, ya Dun. Nyokap gue uda manggil-manggil begitu. ’Kan kalo dia sampai manggil satpam buat ngusir loe yang menghalangi kepergian anaknya ini bisa berabe nanti. Hehe...”

”Ya, sudah. Hati-hati, ya baby (baca: beybeh). Jangan lupa, sampai Jerman langsung telepon gue!!”

Lyn tersenyum, ”Iya, tapi elo yang lebih sering telepon gue lho, maklum biaya teleponnya mahal. Lagian elo’ kan belom bayar utang gue yang waktu itu.” Lyn menggoda gue sambil melangkahkan kakinya menjauh.

Dasar, dia masih inget aja gue masih ngutang sama dia.

Bye bye, Lyn!!!” Gue menambah volume suara.

Lyn pun menengok dari jauh dan melambaikan tangannya. Kemudian dia kembali melangkah. Terlihat semakin kecil, kecil, dan akhirnya dia menghilang di ujung pandanganku.

Udara di dalam bandara terasa begitu sejuk (’kan pake ac). Entah mengapa, luasnya bandara ini masih begitu terasa sempit bagi gue dan Lyn. Dan sebesar apa pun lautan yang memisahkan kami, pasti akan dapat kami seberangi tanpa perlu ada air mata lagi.

Wuuuung...

Suara pesawat terbang yang menyapu desiran angin pun berakhir di balik awan.



Yippieeeee selesai juga neh cerita Lyn & Dun 'In The Same Earth'... fiuh... Akhirnya... Tunggu cerita yang laennya yaaaaa ;p

UAS vs GAMTEK

Ajib!!!

Bayangkan saja, UAS uda di depan mata tapi tugas gamtek blm juga kelar.UUUUUUh kesel gw!!! Masih harus kerjain di kertas kalkir neh.

Oh Tuhannnnnnnnnn... Sabar sabar... Orang sabar pantatnya lebar...

Btw selama UAS mgkn gw break dulu kirim postingan coz ga sempet. Hehe harap dimaklumi...

In The Same Earth (5) - SAME EARTH

Kenapa rasanya ingin sekali menangis? Padahal di dalam kamar sendiri, tapi kenapa tidak bisa menangis? Apa karena gue seorang cowok jadi nggak bisa menangis?

Kejadian kemarin belum bisa gue lupakan. Kencan yang berakhir dengan dentuman bianglala yang berhenti berputar dan sebuah kata putus.

Gua memejamkan mata, mencoba untuk menghilangkan diri gue dari dunia ini.

Sekarang mungkin sudah jam 09.15. Bel istirahat sekolah pasti telah berbunyi. Semuanya terlihat ribut di kantin dan tidak merasakan pedihnya hati ini. Bisa kubayangkan, Janda sedang memperebutkan barisan terdepan kantin. Hmmh... gue tersenyum kecil.

Lalu di depan ruang kelas... Lyn... Lyn... Kenapa tetap saja terbayang wajah Lyn? Padahal gue berusaha untuk membayangkan yang lain. Gue baru tahu, bila putus sama pacar akan teringat kenangan-kenangan yang indah sewaktu bersama dia.

Gue memeluk erat guling yang dari tadi berada di sebelah kaki gue. Payah, jeritku dalam hati. Kenapa dia seenaknya saja bilang putus tanpa memberitahu alasan apa pun ke gue?

Apa sudah nggak ada kata sayang lagi buat gue? Apa dia bosan sama gue? Apa... Ah, terlalu banyak apa dan apa dalam pikiran gue.

Tapi bagaimana pun juga gue harus tanya langsung ke Lyn. Gue nggak mau berakhir dengannya tanpa pernah mengetahui alasan dia memutuskan gue.

Kira-kira empat puluh menit sebelum bel sekolah berbunyi, gue telah sampai di depan gerbang sekolah.

Setelah kemarin memikirkan begitu banyak hal, pagi ini gue ga akan ragu untuk menemuinya. Pagi ini juga, gue harus mengetahui dengan alasan apa dia memutuskan gue.

Tepat seperti yang gue duga, Lyn sudah datang lebih pagi untuk berlatih vokal di dalam ruang kelas yang masih sepi.

”Lyn!”

Lyn tersentak mendengar suaraku. Dia mundur satu langkah seakan takut akan pertanyaan-pertanyaan yang akan gue lemparkan.

”Du... Dun... Pagi sekali.” Dia menyapa tanpa melihat gue sedikit pun.

”Masih latihan?” gue sedikit basa-basi.

”Iya... Ooh, kemarin kamu nggak masuk ya, kenapa? Sa... Sakit?”

Gue menatapnya tajam, heran akan sikapnya yang masih mengkhawatirkan gue. Andai gue bisa mengatakan bahwa kemarin gue nggak masuk karena masih kecewa sama dia.

Dia balas menatap gua sendu. Seakan berkata, ”Maaf Dun, maaf...”

”Lyn, kenapa waktu itu loe bilang mau putus?” Gue langsung menyerangnya to the point. Langsung saja, Lyn membelalakkan matanya.

“Karena gue emang mau putus…” katanya dengan tegas.

Hati gua semakin panas, ”Kenapa? Pasti ada alasannya’ kan? Tolong, loe jujur sama gue!”

Lyn terdiam memandangku seolah memastikan bahwa cowok yang ada di depannya sungguh adalah Dun, mantan pacarnya yang tidak pernah membentaknya seperti saat ini.

”Gue... Gue nggak mau terluka, Dun!”

”Kenapa?!” suara gue makin keras.

”Loe tahu’kan hubungan jarak jauh itu kayak gimana? Apa kita masih bisa bertahan?? Kita nggak akan pernah ketemu lagi, Dun!!” Lyn balas meneriakiku. Matanya merah dan lembab.

”Kenapa nggak bisa? Sejauh apa pun jarak kita, kalau namanya suka ya tetap suka!! Kalo pacar ya tetap pacar!!”

Emosi gue memuncak. Sungguh, gue nggak mampu membayangkan seperti apa wajah gue saat ini. Yang gue tahu, gue harus terus bertanya dan bertanya sampai semuanya jelas.

Lyn menangis. Air mata pertamanya yang sedari tadi ia tahan mengalir melalui pipinya yang kemerahan.

”Dun, apa mungkin? Bahkan gue pun nggak tahu kapan kembali ke Jakarta.” Lyn terisak.

”Lyn, kalau elo nggak bisa balik ke sini, gue yang akan pergi ke tempat elo.”

Saat ini pasti mata gue berkaca-kaca. Entah karena sedih mendengar Lyn atau terharu akan kata-kata gue sendiri yang sebenarnya sering banget gue dengar di film-film drama.

”Elo sayang sama gue’ kan?” gue menambah.

Lyn mengangguk seraya menghapus air mata yang berlinang di pipinya. Lyn mengangguk sekali lagi dan menegaskan, ”Iya...”

Gue tersenyum. Lega rasanya mengetahui kalau Lyn masih menyimpan rasa suka di hatinya.

”Gue juga masih sayang sama loe. Ibarat puzzle, sayang gue hanya bisa dipasangkan dengan sayang elo. Begitu juga sayang elo hanya bisa dipasangkan dengan sayang gue.”

Lyn semakin terisak mendengar pernyataan gue tersebut. Bahkan kedua tangannya yang mungil tidak mampu menampung tetesan air matanya lagi.

”Kita... masih bisa pacaran’ kan? Sejauh apa pun jarak kita... elo mau mencoba lagi’kan jalan bareng gue?” Gue bertanya lagi dengan penuh harap.

Lyn kembali mengangguk. Meskipun tak terdengar suaranya, tapi gue tahu dia sedang mengucapkan, ”Iya, gue mau mencoba lagi sama elo.”

Matahari fajar semakin bersinar di balik awan. Yang pasti, di mana pun kita berdua berada, matahari akan selalu mengingatkan kita bahwa kita masih berada di bumi yang sama.

In The Same Earth (4) - DI DALAM KESUNYIAN

Tidak terasa sudah lima bulan gue jalan bareng Lyn. Ada sukanya dan ada juga dukanya. Kebanyakan, sih dukanya. Entah itu diomelin karena terlambat satu menit di tempat kencan atau pun karena gue nggak memakai sepatu kalau lagi bareng dia. Apa yang salah sama kaki gue? Tetep bau, kok? Kalau sukanya, sekarang kita sudah nggak backstreet lagi.

Oh, iya ngomong-ngomong Lyn akan mengikuti perlombaan olah vokal se-SMU di Jakarta. Pantas saja dia datang ke sekolah lebih pagi untuk latihan vokal lebih banyak lagi.

”Dun, terima kasih ya.” Lyn yang berada di sebelah gue saat menaiki bianglala di Dufan memulai pembicaraan.

”Terima kasih untuk apa?” Gue bertanya sambil memandangnya.

Suasana waktu itu terasa sangat hening. Bianglala yang berputar perlahan seakan mengikuti alur cerita Lyn.

”Terima kasih untuk semuanya. Soalnya gue...” Lyn memejamkan matanya dan menghela napas panjang. ”Gue akan pergi setelah lomba olah vokal Sabtu nanti.”

”Ooh...” Entah mengapa hanya satu kata itu yang bisa kuucapkan.

”Dun?” Lyn menatapku resah.

Gue pun balas menatapnya, ”Memangnya mau pergi ke mana?”

Grek grek. Suara bianglala yang berputar semakin terdengar jelas. Jelas sekali. Semakin hening, hening, dan hanya keheningan yang dapat kurasakan.

Lyn mengepalkan tangan di atas pangkuannya. Dia mengalihkan pandangan ke tempat lain seakan sedang melihat mimpi yang jauh sekali.

Dia membuka mulutnya, ”Jerman...”

Grek grek.

Ternyata bianglala yang kami naiki telah berada di puncak tertinggi. Dari ketinggian seperti ini dapat terlihat pemandangan yang luar biasa. Angin yang berhembus pun semakin menusuk daging.

Lyn melanjutkan, ”Penyakit kakek gue semakin parah. Nyokap dan bokap ingin sekali membawanya berobat ke luar negeri tapi ia juga tidak bisa meninggalkan anaknya sendirian.” Lyn terdiam beberapa menit dan melanjutkan kembali, ”Nyokap akhirnya memutuskan untuk membawa gue ke Jerman. Gue juga nggak bisa menolak, gue nggak mau pisah sama ortu gue.”

”Kalau begitu mau bagaimana lagi... Toh, kamu bakal balik ke Jakarta lagi’kan?”

Lyn terdiam menatap laut yang seakan berada dekat dari matanya. ”Gue nggak tahu...” Lyn menjawab dengan suara kecil.

Mendengar dia berkata seperti itu, perasaan gue jadi nggak karuan. Kenapa nggak tahu? Tanya gue dalam hati.

Hari ini, kenapa Lyn terlihat begitu berbeda dari yang biasanya? Lyn yang biasanya tidak tahan bila tidak berbicara terlalu lama. Tapi baru kali ini Lyn lebih banyak diam.

”Lyn.” Gue memanggilnya, berusaha untuk membuatnya menoleh ke arah gue. Tapi dia tetap menerawang ke sisi laut. ”Lyn!” Gue berbicara lebih keras.

Dia menatap gue. Menatap diri gue dengan penuh genangan air mata. Raut mukanya menunjukkan bahwa dia sedang menahan tangisnya.

”Dun...” katanya dengan suara serak. ”Kita putus...”

Grek grek.

Suara bianglala berhenti dalam kesunyian.

Pagi-pagi Workout?!

Pagi ini gw berolahraga demi mengeluarkan keringat secara uda lama gw ga keringetan (kecuali tiap pulang kuliah coz panas banget ;p). Sedikit bocoran, inilah beberapa workout yang gw lakuin buat berkeringat dengan efek samping ngebentuk sixpack dan chest, here they are:

- sit up

- right side oblique & left side oblique crunches (kayak sit up tapi satu kaki bertumpu di atas kaki yang lain)

- knee up crunches (kayak sit up juga tapi kedua kaki ga bertumpu di atas permukaan lantai)

- bicycles (posisi sit up dengan kedua kaki digerakkan seperti sedang mengayuh sepeda)

- alligator push up (push up sambil jalan kayak buaya^^)

- jump squat (lompat-lompat ampe kaki gw berasa mau copot)

- alternating split squat jump (lompat-lompat juga tapi beda sama yang di atas, ribet gw jelasinnya)

- dive bomber (posisi push up dengan gaya sedang menyelam dan bokong turun naik (apa c? sensual banget)) ß-- menurut gw ini yang paling capek

- reverse lunges (mirip alternating split squat jump tapi ga sambil lompat-lompat geje)

Itulah urutan workout gw tadi pagi, ada beberapa yang ga ditulis sih coz namanya ribet banget. Oya, yang pasti gw sempoyongan abis olahraga kaya gitu.

Kalo lo pada mau coba workout seperti yang di atas, minumlah air sebanyak-banyaknya sebelum mulai olahraga (pastinya bakalan capek banget tuh) dan segera akhiri bila terasa ga sanggup lagi karena nyeri ato lelah. Pokoknya dalam olahraga ga boleh ada pemaksaan saat melakukannya. Ikuti radar tubuh lo, kalo tubuh lo bilang udahan ya akhirilah olahraga itu. (Omongan gw kayak pakarnya aja :p).

In The Same Earth (3) - MY DOG, KIWI

”Dun, ajak Kiwi jalan-jalan, ya!” Nyokap gue memanggil anaknya yang mirip Tom Cruise (sembilan puluh tahun) ini dengan penuh semangat.

”Males, ah! Suruh bapak aja!” teriak gue yang mirip Tom Cruise (sembilan puluh tahun) ini dari kamar.

”Bapak kamu’kan lagi reuni di Petamburan. Masa harus Ibu, sih? Ibu’kan mesti masak bantuin Bi Inah! Kamu mau jadi anak durhaka, ya?!”

Keluar, deh jurus terampuhnya. Begitu teganya memanggil gue anak durhaka.

Akhirnya, di minggu pagi yang cerah ini gue pergi keluar bersama Kiwi, pujaan hatiku. Kiwi ini sudah berumur sepuluh tahun, termasuk awet juga dia untuk ukuran anjing. Tapi jalannya jadi lelet begitu. Kalo dihitung, satu langkahnya Kiwi sama dengan empat langkah ikan teri. Lho...

Paling males, tuh kalo Kiwi tiba-tiba minggir di jalanan terus plupbrut (baca: buang air). Gayanya ’sensual’ banget dan menarik perhatian banyak anjing cewek. Coba kalau loe bukan anjing gue, udah gue buang ke kali gara-gara gaya loe yang lebih ’sensual’ dibandingkan gaya tuan loe ini.

”Dun!!! Lagi bawa anjing loe jalan-jalan, ya?” Terlihat Lyn dari jauh melambai-lambaikan tangannya ke gue.

Wow! Bukan kebetulan, neh bisa ketemu sama Lyn. ”Lho, loe ngapain di sini? Rumah loe’kan ga di deket sini?”

”Gue Cuma mau ketemua sama elo. Nggak boleh ya?”

What... What did she say? Mau ketemu sama gue?? Akhirnya, dia rindu juga sama gue.

”Dun, gue Cuma mau ingetin kalo utang loe ke gue belum lunas.”

Lyn nyengir kuda...

Gue bengong...

”Ke sini cuma mau bilang itu?” tanya gue menegaskan.

”Iya, soalnya gue lagi bokek. Jadi jangan lupa, ya!” Lyn nyengir lagi, ”Eh, nama anjing loe siapa? Lucu banget, sih.”

Kurang ajar, anjing tua kayak begini dibilang lucu?? Masa’ Lyn lebih tertarik sama seekor anjing kampung ketimbang pacarnya sendiri? Liat aja, loe nggak bakal gue kasih makan seharian!!

”Namanya Kiwi.” jawab gue.

”Halo, Kiwi... Salam kenal, ya.” Lyn tertawa manis sambil mengelus kepala Kiwi dan Kiwi pun membalas dengan kibasan ekornya yang kutuan.

”Dun, Kiwi punya pitak, ya? Itu, lho yang ada di pantatnya.”

”Pitak?” Gue bertanya penuh ketidakpercayaan. Sekali pun Kiwi kutuan ga mungkin’kan kalo kutunya makan bulunya juga?

Tapi setelah diperhatikan baik-baik, memang terdapat pitak di pantatnya yang dahulu kala nggak pernah ada. Kalau digambarkan, pitak itu seukuran kuku jari kelingking tangan gue, bentuknya segitiga dan berenda-renda pula. Hehe... bercanda, deh.

Sepulangnya dari jalan-jalan bareng Kiwi, gue langsung bertanya pada Bi Inah mengenai pitak Kiwi.

”Oh, pitak itu...”, Bi Inah menyambung, ”Kemarin Kiwi lagi tidur-tiduran di kebun belakang.”

Lah, apa hubungan pitak sama lesehan di kebun? Gue bertambah penasaran, ”Terus...?”

”Bi Inah’kan lagi motong rumput, Bi Inah kira bulu Kiwi itu rumput. Ya, kepotong, deh sama gunting di tangan Bi Inah.”

Tunggu...! Bulu Kiwi dikira rumput? Rumput’ kan warnanya hijau, panjang, dan tertanam di tanah. Sedangkan bulu anjing ’sensual’ itu’kan warnanya cokelat kampung, berantakan, dan tertanam di kulit Kiwi. Apa persamaannya..??

”Permisi, Nak Dun. Bi Inah mau beli merica dulu.” Bi Inah pergi melewati gue yang masih bingung bengong seputar rumput ijo dan bulu cokelat kampungnya Kiwi.

Rumput warnanya ijo... Bulu Kiwi warnanya cokelat kampung... Rumput warnanya ijo... Bulu Kiwi warnanya cokelat kampung...

Mau dipikir sampai jenggotan juga beda!!!


Laptop Busuk

Senin, 2 Juni 2008

Yap, sehabis pulang kuliah jam satu siang, gw berencana untuk berkunjung ke kosan Tiwi, kosan yang paling enak untuk numpang nge-net. Hahaha berbahagialah kalian yang ga menjadi teman gw karena kalian ga merasakan pahitnya hidup bila internet kalian dimonopoli oleh manusia tak tau diri ini.

“Nge-neeeeet!!!!” Teriak gw saat membuka pintu kosan Tiwi.

”Wadooooh...” Seperti biasa...pemiliknya mengeluh.

Secepat kilat gw menyalakan notebook-nya (tanpa minta ijin dulu) dan menunggunya benar-benar siap untuk digunakan dengan hati berdebar-debar. Dengan penuh rasa haru gw pun langsung membuka mozilla firefox, mengakses friendster dan blog gw serta kembali menunggu koneksinya berjalan...

Menunggu...

Menunggu...

Dan masih menunggu...

Problem Loading Page.”

HUAPAAAAAAAAAA??? Kok ga bisa????

”Wi, kok ga bisa c?” gw mengeluh sama pemiliknya.

Menurut teori gw, kerusakan pada notebook bergantung pada pemiliknya. Kalo lagi lemot berarti pemiliknya juga lemot. Kalo lagi eror berarti pemiliknya yang eror. Pernah karena teori cerdas gw ini, Tiwi memukul gw meraja dan merela.

Spontan Tiwi jawab, ”Setiap lo ke sini pasti inet gw ga bisa dipake deh.” Pernyataan ini gw akui bener 100%. Huhuuu sensi banget laptopnya sama gw.

”Kurang ajar lo, jadi gimana neh??”

“Kalo uda konek biasanya muncul kuning-kuning gitu.” Eits, jangan mikir aneh dulu. Kuning-kuning yang dimaksud di sini thu cahaya kuning di kabel yang nyala kalo uda konek.

“Coba matiin dulu tar nyalain lagi.”

“Iya iya.” Jawab gw pasrah.

Setelah dinyalakan lagi, cahaya kuning pun muncul dan gw senang banget, ”Wah nyala Wi, nyala! Hebat, hebat!” Setelah kejadian itu gw baru nyadar kalo gw norak banget. Tapi...

Problem Loading Page.”

”Tiwiiiiii, Neh kenapa lagi? Uda muncul kuning-kuning tapi, kok tetep ga bisa???”

”Hadoooooooooh. Emang suka nyebelin.” Cewek ini pun kesel sendiri.

Gw hanya bisa geleng-geleng lagi tiap kali gw matiin dan nyalain laptop-nya. Mungkin uda nasib gw ditolak mentah-mentah sama laptop Compaq yang ga punya nama itu.

Alhasil, selama hampir 2 jam gw di depan laptop tanpa ngerjain apa-apa coz inet-nya ga bisa dipake. Akhirnya gw memutuskan pulang bersama teman sepermainan gw, Carlos Halaiyum Gambreng yang baru aja dateng.

Seperti biasa, sebelum pulang gw selalu ke wc dulu bersama Carlos untuk penghabisan (mengerikan ga c susunan katanya, ke wc bareng Carlos?!) dan Tiwi dengan girang nyusul gw.

Hah? Mau apa neh orang nyusulin gw ke wc?? Jangan-jangan dia mau berlaku semena-mena sama gw gara-gara inet-nya ga bisa dipake!

”Vaaaaaan, inet-nya uda bisa!! Asyik!!!”

”Hah?? Serius lo?” Gw terheran-heran di depan wc.

“Tuh’kan kalo lo pulang inet-nya bisa!”

“Kurang ajar!!!!” dengan tenaga badak gw langsung menuju kamar Tiwi dan melihat buktinya sendiri. Oh, memang... Inet-nya uda jalan lagi. Sial!

”Bisa ’kaaaaaan??” Kayaknya Tiwi seneng banget liat gw dipermainkan sama laptop jahanam itu. Uuuuh gondok banget deh!

”Yadah, gw pulang y!”

Dan gw bersama Carlos pun meninggalkan Tiwi beserta piaraannya (laptop) dengan rasa tertuduh. Oh, mengapa, bahkan laptop pun menolak gw?

Mungkin dalam hati Carlos berkata, ”Kasihan juga kawan gw ini. Sebaiknya gw membelikan Ovan laptop VAIO saja biar dia tidak menderita dijadikan bulan-bulanan piaraannya Tiwi.”

Gw diem memikirkan perkataan dalam otak gw itu dan melanjutkan dalam hati, ”Ga mungkin orang pelit bisa ngelakuin hal itu. GAK MUNGKIN!”

Ultraman Bearing

Huahaha akhirnya persentasi elemen mesin “bearing” berakhir sudah. Riang gembira sekali rasanya!!! Ohohoho... Banyak banget yang mengganggu pikiran menjelang persentasi bahkan saat sedang persentasi. Eh, mmm bukan gw deng...maksudnya temen gw, Tiwi yg parno banget klo gagal persentasinya. Weleh apa dia ga cukup menyalurkan keparnoannya itu dengan memukuli gw terus ampe babak belur (tepatnya sejak 2 hari yag lalu)???

”Van, gw tar persentasi bearingnya aja, ya. Gw uda ngerti. Lo rumus-rumusnya.” Kata dia lewat telepon ke gw td malam.

Kalimatnya itu membuat gw berpikir kalo Tiwi ini seorang wanita yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hmmm ato over self-confidence???

”Hah? Gw bagian rumusnya?! Mau persentasi apaan tuh?” Balas gw kaget mengingat rumus yang dimaksud cukup aneh dengan lambang-lambangnya yang membingungkan.

”Iya, lo bantu gw lah. Masa gw sendirian?” Tambahnya dengan nada ngambek (ato marah?).

”Iya iya...”

”Ato lo yang mau persentasikan bearingnya?”

Tanpa banyak mikir, spontan gw bilang, ”Gak ngerti gw!! Yadah lo aja deh. Tapi gw jangan rumusnya dong!” Bantah gw. ”Gw yang depan aja. Ya ya?”

”Yang depan? Maksud lo pengertiannya? Itu mah kedikitan cuma baca doang.” Lah, rumus kan juga cuma dibaca doang, gimana c? Apa bedanya bu?

Bla bla bla dan bla.

Setelah perdebatan yang cukup panjang di malam hari itu, akhirnya dengan pasrah gw mengiyakan permintaannya untuk persentasi rumus. Huhuuuu.

“Assalamualaikum, salam sejahtera. Kami dari kelompok tiga akan mempresentasikan bearing. Pertama-tama saya perkenalkan anggotanya...” Sapa Tiwi meyakinkan.

Selama dia presentasi, gw, Kaje, Eli, Fanni, Jati (yang jadi operator), dan Vicky yang enak-enakan duduk dibelakang sibuk mendengarkan Tiwi cuap-cuap. Emm, mungkin lebih tepatnya terpaku akan kelihaian Tiwi membawakan lagu cindai. Bercanda kok yang ini, ya membawakan presentasilah!

Entah kenapa cewek yang memanggil dirinya sendiri ini Tiwi-Tha sangat bernafsu sekali melakukan presentasi. Entah bahan presentasinya menarik (kayaknya ga deh), entah dia liat barang ajaib milik siapa ato mungkin Pak Bandriyana menggugah seleranya??? Yang pasti, Tiwi menggebu-gebu sekali memainkan suaranya sampai dia ga ambil nafas tiap kata yang diucapkannya. Heran gw, ngomong sepanjang dan secepat pelari marathon kayak gitu kok bisa ya ga napas dulu? Heuh heuh...

“Kecepetan Wi. Jangan cepet-cepet!” Teriak Dede dari bangku penonton.

“Eh, gw kecepetan ya?” Yaelah, baru nyadar bu.

Tapi, kasihan Dede. Kritikannya sama sekali tidak membangun kesadaran Tiwi. Dia tetep nerocos cepet banget sampai gw, anggota kelompoknya sendiri ga denger dia ngomong apa saking cepetnya. Hebat, hebat!

Tibalah giliran gw presentasi, “Oke! Untuk menentukan bahan bearing kita dapat menggunakan langkah-langkah dan rumus sebagai berikut...”

“Van, Van.” Sahut Jati dari meja operator (maksudnya meja dosen). ”Suara lo ga kedengeran.”

Hah? Tadi Tiwi kecepetan dan sekarang suara emas gw ga terdengar?

”Kerasan lagi, Van.” Sambungnya pelan.

”Oh iya iya...”

Slide terakhir pun muncul dengan tulisan, ”Sekian dan terima kasih!” Serta gambar ultraman cebol yang bertebaran dimana-mana, lho...? Yang ini ga bohong.

”Van, kok ada ultraman gitu c? Haha.. Ngapain lo taroh haha..ultraman? Haha...” Kata Eli di sebelah gw setengah tertawa geje yang terdengar basah-basah becek.

”Kan biar lucu.” Spontan gw bilang begitu.

Sejujurnya, memasukkan gambar ultraman cebol dalam slide presentasi elemen mesin adalah suatu kesalahan yang sama sekali ga nyambung sama topik. Mungkin kalo gambarnya ultraman cebol lagi lari-lari di dalam lingkaran bearing akan sedikit lebih nyambung. Yah, sedikit...at least ultraman-nya lebih mirip hamster ketimbang pahlawan pembela kebenaran.

Nih gambar bearing dan ultraman nya^^


Nobuta Wo Produce - Gay Scenes (Shuji & Akira)^^

Neh beberapa scene waktu Shuji dan Akira ngajarin Nobuta buat menghadapai serangan cowok yang mw grepe-grepe dy (sumpah, ngocol banget terutama ekspresinya Shuji yang berperan sebagai Nobuta...) wkwkwk jijay ga c???



In The Same Earth (2) - MAKSUD HATI MEMELUK GUNUNG



Hahaha neh kisah keduanya si Dun... Semoga terhibur!!

Sore ini, Lyn pergi ke Papua. Katanya, sih mau tinggal bersama kakeknya yang sedang sakit dan pindah sekolah di sana. Lega banget, untung gue uda menyatakan perasaan gue, jadi ga perlu ada penyesalan lagi.

Oh iya, apa lebih baik gue telepon dia soal keinginan gue untuk mengantar kepergiannya? Tapi, nggak deh. Gue mau membuat surprise biar dia tahu kalo pacarnya ini beneran serius sama dia. Dan lagi gue pengen banget melihat kepergiannya.

Gue pun dengan sigap mengambil kunci mobil Honda Jass gue dan berangkat menuju bandara dengan penuh pengabdian kepada sang calon istri. Alaaah…

Sesampainya di bandara, gue langsung mencari cewek gue. Tidak peduli rintangan apa pun yang menghadang, gue akan terus berlari, berlari, dan berlari sampai kugapai matahari. Lho…

Feeling, surprise gue akan gagal, gue pun berhenti berlari dan mengatur nafas. Dari sabang sampe merauke bandara, Lyn tidak juga ketemu. Gue mulai panik kalau-kalau dia diculik om-om senang. Terus dijual ke Malaysia jadi TKW dan didera oleh majikannya. Ga mungkin!!!

Gue segera menghapus pikiran amit itu dan tiba-tiba... Teletubbies, teletubbies...

Hah? Lagu kesukaan gue terdengar. Dari mana lagu itu berasal? Norak banget, sih.

Ternyata lagu laknat tapi favorit gue itu berasal dari handphone gue. Dengan kata lain, lagu itu adalah ringtone hp gue.

”Halo, Dun!?” Ah, suara Lyn!

”Lyn, elo di mana? Udah berangkat ke Papua, ya? Jam berapa?” Hati gue makin resah menunggu jawaban darinya.

”Loe di bandara, ya?

”Iya, loe emangnya di mana?” gue bertanya lagi.

”Gue di rumah. Gue ga jadi ke Papua.”

Walaaah... Informasi yang cukup mengejutkan bagi cowok yang ingin mengejutkan ceweknya.

”Jadi...” balasku tercengang.

”Aduh, Dun! Sorry banget, ya. Tadi gue telepon ke rumah loe, kata nyokap loe, elo udah berangkat. Sorry, ya. Hehe...”

Kurang ajar, ga perlu pake ketawa hehe gitu’kan?

Akhirnya, gue pulang tanpa mendapat hasil apa-apa.

Setibanya di rumah, Kiwi menyambutku dengan hangat. Dia memelukku dan aku pun merangkulnya dengan mesra. Kubawa dia masuk ke dalam melewati ruang tamu, kemudian dapur, dan terus sampai ke ruangan harum (baca: wc). Dia pun boker di situ.

Ampun, deh... Sebenarnya yang majikan itu siapa, sih? Gue langsung meninggalkan Kiwi yang tengah berjuang di dalam sana. Selamat berjuang, kawan!!! Jangan lupa disiram, ya!

Guk... Guk... Auuuu..., balasnya.

Tak lama setelah itu, Janda berkunjung ke rumah gue. Katanya, sih mau belajar bareng.

”Dun.” sahutnya saat sedang membuat tugas. ”Kemarin gimana, loe deg-deg’an ga?”

”Ha?” Perasaan gue mulai ga enak.

”Kemarin deg-deg’an ga waktu nembak Lyn?” tanyanya mempertegas.

Ya, ampun... Ini anak kenapa, sih? Gue ga membalas pertanyaannya.

”Dun... ” Janda kembali berbicara. ”Habis itu, loe ciuman?? Ciuman gak???”

Gawat, dia tambah bersemangat! Jangan-jangan dia... Dia seorang janda!!! Janda seorang janda!? Bego ah loe!!

”Hapus tuh pikiran mesum loe, mana berani gue nyosor duluan. Lagian nggak sopan kaleee, baru jadian udah minta cium. Amit deh!!”

Janda terdiam. Ia seperti memendam sesuatu yang sulit untuk diungkapkan.

”Woi, loe kenapa?”

”Tadi waktu ke sini, gua...” Janda menelan ludah, ”Gua dicium.”

Apa?!! Gue seperti mendengar suara piring pecah yang disertai dengan ledakan halilintar dan berisiknya hujan seperti yang ada di film-film. Ga mungkin, masa’ gue keduluan sama seorang Janda?

”Dicium siapa?” gue penasaran.

Janda tertunduk dan kembali menelan ludah.

Kok, suasananya jadi tegang begini, sih? Apa Janda pernah mengalami trauma? Gue memperdalam tatapan gue. Sepertinya Janda sedang menahan sesuatu, sesuatu yang berat.

”Gue...” Janda menelan ludah untuk yang ketiga kalinya. ”Gue dicium sama om–om senang.”

Gue bengong.

Masih bengong...

”Dun, loe kenapa?”

Gue denger apa barusan? Nggak, gue nggak salah denger. Om senang...?

”Kok, bisa Jan?” Gue balik bertanya.

”Kayaknya, sih om itu lagi mabok. Mungkin gue disangka istrinya kali, atau selingkuhannya, atau mungkin...”

”Homoan-nya.” Gue menyela.

”Gila loe!! Jijik banget, sih?”

”Trus, rasanya ciuman sama om-om gimana?”

Pertanyaan gue itu ternyata membuat Janda mendelik kemudian terdiam sebentar. Mungkin dia sedang menikmati bayangan ciumannya dengan om senang itu.

”Pahit, Dun...”

”Hahahahaha!!” Gue ketawa ngakak. Jelas aja pahit, mana ada ciuman sama om senang rasanya manis??

”Kayak abis nge-rokok gitu.” Janda memperjelas.

Gue mencoba menahan ketawa,” Sudah, ah. Geli gua... Ganti topik, ganti topik.”

Janda diem, mungkin lagi mikir mau ngangkat topik apa.

Gue juga diem.

Akhirnya, kita diem-dieman sampai dia pulang...

Aduh, sudah jam sebelas malam. Rasanya jari-jemari ini terasa gatal. Pingin banget mencet nomor hp Lyn and say, ”Good Night, baby (baca: beybeh)...”

Akhirnya gue telepon dia, “Ha… Halo, Lyn?”

“Dun, ngapain elo telepon malam-malam begini?”

Gue terpaku mandengar suaranya di telepon yang terdengar begitu merdu. Tapi grogi banget gue…

“Mmmm… Anu… anu…” Kenapa yang keluar Cuma anu-anu doang? Nanti disangka anu-nya siapa lagi?

Gue melanjutkan, ”Anu... Selamat tidur, ya.”

”Oh, iya. Thanks ya.”

”Lyn, mimpi in...” Tut tut tut. “…dah.”

Tut tut tuuuuut... Di-ma-ti-in?? Cuma segitu? Tidaaak! Padahal gue mengharapkan malam yang romantis di telepon. Sampai-sampai gue udah kasih judul ’Asmara yang Membara di Kabel Telepon’.

Gue tersenyum bego. Gue jadi inget film melodrama ’Cinta yang tak Berbalas’ waktu gue masih orok dulu. Pemeran wanitanya cakep banget padahal dia dulunya bencong.

Lhooo... Gak nyambung...

----------- bersambung---------