Ultraman Bearing

Huahaha akhirnya persentasi elemen mesin “bearing” berakhir sudah. Riang gembira sekali rasanya!!! Ohohoho... Banyak banget yang mengganggu pikiran menjelang persentasi bahkan saat sedang persentasi. Eh, mmm bukan gw deng...maksudnya temen gw, Tiwi yg parno banget klo gagal persentasinya. Weleh apa dia ga cukup menyalurkan keparnoannya itu dengan memukuli gw terus ampe babak belur (tepatnya sejak 2 hari yag lalu)???

”Van, gw tar persentasi bearingnya aja, ya. Gw uda ngerti. Lo rumus-rumusnya.” Kata dia lewat telepon ke gw td malam.

Kalimatnya itu membuat gw berpikir kalo Tiwi ini seorang wanita yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hmmm ato over self-confidence???

”Hah? Gw bagian rumusnya?! Mau persentasi apaan tuh?” Balas gw kaget mengingat rumus yang dimaksud cukup aneh dengan lambang-lambangnya yang membingungkan.

”Iya, lo bantu gw lah. Masa gw sendirian?” Tambahnya dengan nada ngambek (ato marah?).

”Iya iya...”

”Ato lo yang mau persentasikan bearingnya?”

Tanpa banyak mikir, spontan gw bilang, ”Gak ngerti gw!! Yadah lo aja deh. Tapi gw jangan rumusnya dong!” Bantah gw. ”Gw yang depan aja. Ya ya?”

”Yang depan? Maksud lo pengertiannya? Itu mah kedikitan cuma baca doang.” Lah, rumus kan juga cuma dibaca doang, gimana c? Apa bedanya bu?

Bla bla bla dan bla.

Setelah perdebatan yang cukup panjang di malam hari itu, akhirnya dengan pasrah gw mengiyakan permintaannya untuk persentasi rumus. Huhuuuu.

“Assalamualaikum, salam sejahtera. Kami dari kelompok tiga akan mempresentasikan bearing. Pertama-tama saya perkenalkan anggotanya...” Sapa Tiwi meyakinkan.

Selama dia presentasi, gw, Kaje, Eli, Fanni, Jati (yang jadi operator), dan Vicky yang enak-enakan duduk dibelakang sibuk mendengarkan Tiwi cuap-cuap. Emm, mungkin lebih tepatnya terpaku akan kelihaian Tiwi membawakan lagu cindai. Bercanda kok yang ini, ya membawakan presentasilah!

Entah kenapa cewek yang memanggil dirinya sendiri ini Tiwi-Tha sangat bernafsu sekali melakukan presentasi. Entah bahan presentasinya menarik (kayaknya ga deh), entah dia liat barang ajaib milik siapa ato mungkin Pak Bandriyana menggugah seleranya??? Yang pasti, Tiwi menggebu-gebu sekali memainkan suaranya sampai dia ga ambil nafas tiap kata yang diucapkannya. Heran gw, ngomong sepanjang dan secepat pelari marathon kayak gitu kok bisa ya ga napas dulu? Heuh heuh...

“Kecepetan Wi. Jangan cepet-cepet!” Teriak Dede dari bangku penonton.

“Eh, gw kecepetan ya?” Yaelah, baru nyadar bu.

Tapi, kasihan Dede. Kritikannya sama sekali tidak membangun kesadaran Tiwi. Dia tetep nerocos cepet banget sampai gw, anggota kelompoknya sendiri ga denger dia ngomong apa saking cepetnya. Hebat, hebat!

Tibalah giliran gw presentasi, “Oke! Untuk menentukan bahan bearing kita dapat menggunakan langkah-langkah dan rumus sebagai berikut...”

“Van, Van.” Sahut Jati dari meja operator (maksudnya meja dosen). ”Suara lo ga kedengeran.”

Hah? Tadi Tiwi kecepetan dan sekarang suara emas gw ga terdengar?

”Kerasan lagi, Van.” Sambungnya pelan.

”Oh iya iya...”

Slide terakhir pun muncul dengan tulisan, ”Sekian dan terima kasih!” Serta gambar ultraman cebol yang bertebaran dimana-mana, lho...? Yang ini ga bohong.

”Van, kok ada ultraman gitu c? Haha.. Ngapain lo taroh haha..ultraman? Haha...” Kata Eli di sebelah gw setengah tertawa geje yang terdengar basah-basah becek.

”Kan biar lucu.” Spontan gw bilang begitu.

Sejujurnya, memasukkan gambar ultraman cebol dalam slide presentasi elemen mesin adalah suatu kesalahan yang sama sekali ga nyambung sama topik. Mungkin kalo gambarnya ultraman cebol lagi lari-lari di dalam lingkaran bearing akan sedikit lebih nyambung. Yah, sedikit...at least ultraman-nya lebih mirip hamster ketimbang pahlawan pembela kebenaran.

Nih gambar bearing dan ultraman nya^^


Nobuta Wo Produce - Gay Scenes (Shuji & Akira)^^

Neh beberapa scene waktu Shuji dan Akira ngajarin Nobuta buat menghadapai serangan cowok yang mw grepe-grepe dy (sumpah, ngocol banget terutama ekspresinya Shuji yang berperan sebagai Nobuta...) wkwkwk jijay ga c???



In The Same Earth (2) - MAKSUD HATI MEMELUK GUNUNG



Hahaha neh kisah keduanya si Dun... Semoga terhibur!!

Sore ini, Lyn pergi ke Papua. Katanya, sih mau tinggal bersama kakeknya yang sedang sakit dan pindah sekolah di sana. Lega banget, untung gue uda menyatakan perasaan gue, jadi ga perlu ada penyesalan lagi.

Oh iya, apa lebih baik gue telepon dia soal keinginan gue untuk mengantar kepergiannya? Tapi, nggak deh. Gue mau membuat surprise biar dia tahu kalo pacarnya ini beneran serius sama dia. Dan lagi gue pengen banget melihat kepergiannya.

Gue pun dengan sigap mengambil kunci mobil Honda Jass gue dan berangkat menuju bandara dengan penuh pengabdian kepada sang calon istri. Alaaah…

Sesampainya di bandara, gue langsung mencari cewek gue. Tidak peduli rintangan apa pun yang menghadang, gue akan terus berlari, berlari, dan berlari sampai kugapai matahari. Lho…

Feeling, surprise gue akan gagal, gue pun berhenti berlari dan mengatur nafas. Dari sabang sampe merauke bandara, Lyn tidak juga ketemu. Gue mulai panik kalau-kalau dia diculik om-om senang. Terus dijual ke Malaysia jadi TKW dan didera oleh majikannya. Ga mungkin!!!

Gue segera menghapus pikiran amit itu dan tiba-tiba... Teletubbies, teletubbies...

Hah? Lagu kesukaan gue terdengar. Dari mana lagu itu berasal? Norak banget, sih.

Ternyata lagu laknat tapi favorit gue itu berasal dari handphone gue. Dengan kata lain, lagu itu adalah ringtone hp gue.

”Halo, Dun!?” Ah, suara Lyn!

”Lyn, elo di mana? Udah berangkat ke Papua, ya? Jam berapa?” Hati gue makin resah menunggu jawaban darinya.

”Loe di bandara, ya?

”Iya, loe emangnya di mana?” gue bertanya lagi.

”Gue di rumah. Gue ga jadi ke Papua.”

Walaaah... Informasi yang cukup mengejutkan bagi cowok yang ingin mengejutkan ceweknya.

”Jadi...” balasku tercengang.

”Aduh, Dun! Sorry banget, ya. Tadi gue telepon ke rumah loe, kata nyokap loe, elo udah berangkat. Sorry, ya. Hehe...”

Kurang ajar, ga perlu pake ketawa hehe gitu’kan?

Akhirnya, gue pulang tanpa mendapat hasil apa-apa.

Setibanya di rumah, Kiwi menyambutku dengan hangat. Dia memelukku dan aku pun merangkulnya dengan mesra. Kubawa dia masuk ke dalam melewati ruang tamu, kemudian dapur, dan terus sampai ke ruangan harum (baca: wc). Dia pun boker di situ.

Ampun, deh... Sebenarnya yang majikan itu siapa, sih? Gue langsung meninggalkan Kiwi yang tengah berjuang di dalam sana. Selamat berjuang, kawan!!! Jangan lupa disiram, ya!

Guk... Guk... Auuuu..., balasnya.

Tak lama setelah itu, Janda berkunjung ke rumah gue. Katanya, sih mau belajar bareng.

”Dun.” sahutnya saat sedang membuat tugas. ”Kemarin gimana, loe deg-deg’an ga?”

”Ha?” Perasaan gue mulai ga enak.

”Kemarin deg-deg’an ga waktu nembak Lyn?” tanyanya mempertegas.

Ya, ampun... Ini anak kenapa, sih? Gue ga membalas pertanyaannya.

”Dun... ” Janda kembali berbicara. ”Habis itu, loe ciuman?? Ciuman gak???”

Gawat, dia tambah bersemangat! Jangan-jangan dia... Dia seorang janda!!! Janda seorang janda!? Bego ah loe!!

”Hapus tuh pikiran mesum loe, mana berani gue nyosor duluan. Lagian nggak sopan kaleee, baru jadian udah minta cium. Amit deh!!”

Janda terdiam. Ia seperti memendam sesuatu yang sulit untuk diungkapkan.

”Woi, loe kenapa?”

”Tadi waktu ke sini, gua...” Janda menelan ludah, ”Gua dicium.”

Apa?!! Gue seperti mendengar suara piring pecah yang disertai dengan ledakan halilintar dan berisiknya hujan seperti yang ada di film-film. Ga mungkin, masa’ gue keduluan sama seorang Janda?

”Dicium siapa?” gue penasaran.

Janda tertunduk dan kembali menelan ludah.

Kok, suasananya jadi tegang begini, sih? Apa Janda pernah mengalami trauma? Gue memperdalam tatapan gue. Sepertinya Janda sedang menahan sesuatu, sesuatu yang berat.

”Gue...” Janda menelan ludah untuk yang ketiga kalinya. ”Gue dicium sama om–om senang.”

Gue bengong.

Masih bengong...

”Dun, loe kenapa?”

Gue denger apa barusan? Nggak, gue nggak salah denger. Om senang...?

”Kok, bisa Jan?” Gue balik bertanya.

”Kayaknya, sih om itu lagi mabok. Mungkin gue disangka istrinya kali, atau selingkuhannya, atau mungkin...”

”Homoan-nya.” Gue menyela.

”Gila loe!! Jijik banget, sih?”

”Trus, rasanya ciuman sama om-om gimana?”

Pertanyaan gue itu ternyata membuat Janda mendelik kemudian terdiam sebentar. Mungkin dia sedang menikmati bayangan ciumannya dengan om senang itu.

”Pahit, Dun...”

”Hahahahaha!!” Gue ketawa ngakak. Jelas aja pahit, mana ada ciuman sama om senang rasanya manis??

”Kayak abis nge-rokok gitu.” Janda memperjelas.

Gue mencoba menahan ketawa,” Sudah, ah. Geli gua... Ganti topik, ganti topik.”

Janda diem, mungkin lagi mikir mau ngangkat topik apa.

Gue juga diem.

Akhirnya, kita diem-dieman sampai dia pulang...

Aduh, sudah jam sebelas malam. Rasanya jari-jemari ini terasa gatal. Pingin banget mencet nomor hp Lyn and say, ”Good Night, baby (baca: beybeh)...”

Akhirnya gue telepon dia, “Ha… Halo, Lyn?”

“Dun, ngapain elo telepon malam-malam begini?”

Gue terpaku mandengar suaranya di telepon yang terdengar begitu merdu. Tapi grogi banget gue…

“Mmmm… Anu… anu…” Kenapa yang keluar Cuma anu-anu doang? Nanti disangka anu-nya siapa lagi?

Gue melanjutkan, ”Anu... Selamat tidur, ya.”

”Oh, iya. Thanks ya.”

”Lyn, mimpi in...” Tut tut tut. “…dah.”

Tut tut tuuuuut... Di-ma-ti-in?? Cuma segitu? Tidaaak! Padahal gue mengharapkan malam yang romantis di telepon. Sampai-sampai gue udah kasih judul ’Asmara yang Membara di Kabel Telepon’.

Gue tersenyum bego. Gue jadi inget film melodrama ’Cinta yang tak Berbalas’ waktu gue masih orok dulu. Pemeran wanitanya cakep banget padahal dia dulunya bencong.

Lhooo... Gak nyambung...

----------- bersambung---------

Nobuta Wo Produce - TOP banget!


Huaaah dahsyat banget ne film… “Nobuta Wo Produce” (memproduksi Nobuta) bener2 bikin gw merinding sekaligus tak bergeming. Ups, ini bukan film horor lho tapi film drama komedi yang fokusnya tentang persahabatan.

Ceritanya thu dimulai dari kehidupan sang tokoh utama, Kiritani Shuji yang sangat populer di sekolahnya. Nah, dia benci banget kalo ga populer dan Kiritani ini jijik banget kalo dideketin temen sekelasnya yang bernama Kusano Akira, soalnya Kusano ini aneh pisan suka melambai-lambaikan tangannya setiap berjalan (berlari) di tangga (sumpah, kemunculan pertamanya bikin gw ngira kalo Kusano adalah gay^^ apalagi hampir di tiap episode dia lebai banget). Hmm, alur ceritanya mulai ketahuan saat di sekolah Kiritani kedatangan murid baru yang bernama Kotani Nobuko (freak banget, kaya Sadako). Kotani ini pemalu banget dan amat sangat kuper (tiap jalan aja nunduk gmn ga mirip Sadako?). Di sekolah, Kotani sering digencet sama teman-temannya terutama Bando, anak cewek yang dari dasarnya emang jahat kali, ye (but actually, she is a pretty one ;p). Hmm, dari keisengan Bando dan kawan-kawan inilah ceritanya mulai seru dan mengharukan. Kiritani dan Kusano pun merasa kasihan pada Kotani karena tidak pernah ada yang membela Kotani saat digencet. Terpikirlah di benak Kiritani untuk menghentikan perbuatan iseng itu dengan cara ’memproduksi Nobuta’, sebuah misi yang dibuat oleh Kiritani dan Kusano agar Kotani tidak dipermainkan lagi dan menjadi cewek yang populer (ps: Nobuta (buta = babi) adalah nama yang dipilih Kotani untuk menjadi nama panggilannya, alasan mengapa ia memilih nama itu memiliki cerita yang cukup panjang, pokoknya lucu deh). Oh iya, dalam menjalani misi mereka, lama-lama Kiritani ga jijik lagi sama Kusano malahan mereka jadi tambah akrab. Seiring berjalannya waktu, mereka bertiga semakin mengerti arti persahabatan melalui rintangan-rintangan yang mereka hadapi (ciaelah bahasanya...) dan ga pelak lagi, benih-benih cinta pun tumbuh di antara mereka bertiga (tetep aja ga bisa lepas dari yang namanya cinta segitiga y, heuh anak muda jaman sekarang). Hmm, endingnya nyentuh banget sekali pun di antara mereka bertiga ga ada yang jadian. At least... Friends forever!!!

Kelebihan film ini tuh ga hanya fokus ke satu karakter aja tapi ke beberapa karakter na termasuk tiga tokoh utama yang nantinya masing-masing tokoh akan kelihatan perkembangan karakter mereka dari episode ke episode. Selain itu, tau’kan kalo emang dari jaman bahela film Jepang thu paling top di pesan moralnya (ga kaya film Indo yang kerjanya mempertontonkan kebengisan dan kesengsaraan, ih najis!). Hmm, berbicara mengenai pesan moral, yang gw tangkep dari film ini adalah tentang kepercayaan (baik terhadap diri sendiri ataupun orang laen) dan of course hubungan bermasyarakat.

Pokoknya seru deh! Sayang kalo dilewatin apalagi buat yang merasa persahabatan dan kepercayaan itu penting banget, kudu nonton ”sinetron” Jepang ini! KUDU!!!!!! (Gw kasih bintang toejoeh dhe buat ni film! :D)...

_______________________
Neh beberapa scene film na...




Serem kan kaya sadako? --->>




Gmana c nge-blog???

Parah parah... gw uda utak-atik sekian lama tp masih kaga ngerti. Ngertinya cuma posting doang

huhuhuuuuuuuuu (ampe nangis darah)

Bayangin aja sejak 3 hari memulai blog, gw blum ngerti apa-apa... Oh inikah anak muda yang gaptek??? sungguh menyedihkan...

Ada yang mw bantu gw??? Tar pembantu pertama dpat sepasang sandal cantik dr gw...

Help MEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!!!!

In The Same Earth (1) - AWAL PACARAN

Akhirnya gw mempublikasikan cerita yang gw buat wktu SMA dulu, hahaha... Dibaca yaaa!!!


Akhirnya kemarin gua ngomong juga pada Lyn. Rasanya suara degup jantung itu masih terdengar sampai sekarang.

Gua memperhatikan diri gua di depan sebuah cermin besar di dalam kamar mandi, memikirkan banyak hal yang kemarin terjadi. Memikirkan kenapa dia mau menjadi pacar gua.

Hehe.. gue, Dun yang saat ini berusia tujuh belas tahun lewat tiga hari akhirnya berhasil mendapatkan pujaan hati setelah nge-jomblo hampir tujuh belas tahun. Tepatnya, ini pertama kalinya gua berpacaran. Yessss!

Tak kusangka, dengan bermodalkan wajah Tom Cruise ~maksudnya Tom Cruise umur sembilan puluh tahun, bayangin aja sendiri~ dan berselimut kaos oblong kotak-kotak merah jambu beserta celana koko-nya, Lyn menerima perasaan gua. Oya, sebenarnya gua masih malu banget kalo ingat penampilan gua kemarin. Tapi... ada babi di atas kepala, meski banyak daki yang penting diterima. Ohohoho...

Sudahlah, mari kita lupakan insiden kemarin sejenak! Sekarang saatnya gua berdukacita pergi ke sekolah.

Setelah berpamitan dan berpelukan penuh kasih sayang dengan nyokap tercinta, aku pun berciuman dengan Kiwi, anjing kampung jantan peliharaanku. Lho...

Satu menit. Dua menit. Tiga menit.

Ya!! Gue tepat berada di depan gerbang sekolah yang ’indah’ tanpa mengeluarkan keringat setetes pun, tanpa merasa pegal sedikit pun. Ya iyalah, wong sekolahnya di sebelah rumah gue!

Gue pun berjalan masuk sambil memandangi ’keindahan dan kebersihan’ sekolah yang masih sepi. Gue pun terpana... Rasanya ingin sekali kembali ke rumah dan memanggil pembokat gue untuk membersihkan sekolah ini.

Tak lama gua mendengar suara seseorang yang sedang bernyanyi. Harap-harap cemas itu bukanlah kuntilibu penunggu sekolah. Gue mengikuti arah datangnya suara kuntilibu itu dan tepat suara itu berasal dari dalam kelas gue.

Walau takut, gue mencoba melihat ke dalam dengan kedua mata tertutup (... gimana bisa?). Tidak! Tidak mungkin! Aku melihatnya! TidaaaaaaaaK!!!!, jeritku dalam hati.

Itu adalah...

Lyn...?

Kuntilibu itu Lyn? Bukan, Lyn itu kuntilibu? Apa, sih gue jadi bingung? Jadi, kuntilibu itu siapa?

Lupakan!!!

”Lyn, sedang apa loe pagi-pagi begini?” tanyaku mengagetkannya.

Dia menjawab dengan suara yang cukup tinggi, kira-kira tujuh oktaf tingginya, ”Cukur Rambut... Ya, nggaklah! Loe’ kan uda tau sendiri gue lagi ngapain??”

Busyeeeet, baru dateng uda diomelin gini sama cewek gue. Mungkin inilah yang harus dialami oleh orang yang baru pacaran, yaitu bahwa pasangan kita... KUNTILIBU!!!

”Loe sendiri, kok pagi banget?” lanjutnya.

”Gue emang biasa dateng jam segini. Loe sengaja dateng pagian Cuma buat nyanyi doang?”

”Ih, loe bawel banget! Padahal kemarin ngomong ke gue gagap-gagap ’gitu.”

Ini cewek aneh banget, deh. Kemarin’kan situasinya lagi menegangkan banget. Bukan Cuma ngomong doang yang gagap, makan aja gagapnya minta ampun kemarin.

Jangan tanya kenapa gue bisa suka sama cewek yang namanya Lyn ini. Gue juga ga tau, ibarat hujan bisa jatuh di mana aja begitu juga cinta bisa nemplok di mana aja. Tak peduli semirip apa pun cewek yang kita taksir dengan kuntilibu.

”Woi, kalian pagi banget!” teriak Janda dari depan pintu.

”Hai!”. Sebenarnya gue enggan memanggil namanya yang freak banget, bisa-bisa orang yang denger nyangka kalo ada cowok yang jadi janda. Lho... wong Janda itu cowok.

Janda celingak-celinguk liatin Lyn, ”Wua...”. Tiba-tiba dia tersenyum bagaikan bunga bangkai yang sedang mekar. ”Udah jadian, ya??”

Gue tersipu malu.

Lyn biasa-biasa aja, ”Dun, loe cerita-cerita ke orang ya! ’Kan gue udah bilang kita backstreet aja.” keluhnya tiba-tiba.

Gue tersipu malu.

Lyn tidak tersipu malu.

Gue tersipu malu.

Lyn tetap tidak tersipu malu.

Gue tersipu malu.

Lyn makin sangar natap gue.

Sorry, deh. ’Kan gue cuma kasih tahu Janda doank. Dia’kan sohib gue. Ga apa-apa ya?”

”Oh, ya sudah. Tapi jangan disebarluaskan lho. Gue’kan bisa malu kalo digodain sama teman-teman.” kata Lyn.

Gue diem.

Lyn tetap tidak tersipu malu.

Apanya yang malu?, bisikku.

Di perempatan lampu merah, aku duduk termangu di depan tukang cendol.

Diem...

Ini, sih keterlaluan. Pacaran ya pacaran, tapi kenapa gue disuruh beli cendol sejauh ini? Padahal kantin sekolah jual cendol, warung seberang sekolah juga jual cendol, bahkan bokap gue jualan cendol, lho...

Kacau, deh pakai alasan kalo cendol di sekolah asin lah, cendol di situ ada item-itemnya lah, cendol di sono deket sama kuburan lah. Ujung-ujungnya gue yang jadi babu dia beli cendol.

Dun, mending nama loe jadi Dul aja biar kalo dipanggil, ”Dul! Dul! DUDUL!! Sama kayak kebegoan loe.

Abang tukang cendol cengar-cengir liatin gue. Sepertinya dia lagi nyebut, ”Dudul! DUDUL!!

Payah, neh. Si Lyn mana lagi?! Janjinya dia mau nyusul ke sini habis ketemu Pak Robin di ruang guru.

”Dun! Dun!”

Lyn? Gue kaget lihat Lyn lari-lari jarak jauh sambil teriakin nama gue ’gitu.

Gue terpana, dia berlari begitu asoy. Wajahnya seperti sangat sedang membutuhkan gue. Gue merentangkan kedua tangan dan mulai bernyanyi... Coba kalo ini film India, gue pasti udah nyanyi sambil joget.

”Kenapa loe?” Gue bertanya penuh dengan kekhawatiran.

Saat itu gue berharap dia bilang, ”Dun, maafkan aku sudah nyuruh kamu beli cendol sejauh ini. Aku memang tak berperasaan. Aku menyesal, Dun. Dun...” Lalu pikiranku melayang semakin tinggi.

Lyn terengah-engah, ”Dun, tadi gue udah beli cendol dua bungkus di jalan. Enak, lho.”

Gue bengong.

”Eh, loe jadi beli cendol buat gue? Ga usah Dun, gue udah kenyang.”

Gue diem.

Bagus, gue dipermainkan.



Gmana, gmana?? Gw tau masih banyak kurangnya sih tapi thx yang uda baca... tunggu kelanjutan kisah si Dun ini, ya...! (kalo baca kasih komentar yak)

My 1st Posting

Hualowwwwwwww kawan-kawan semua...!!

Akhirnya kerinduan gw sejak lama terkabul. Sebenarnya c ini bukan BLOG pertama gw, ada juga BLOG lain cuma BLOG yang satu itu lagi jarang gw update coz isinya cuma uneg-uneg gw selama gw hidup di dunia (lho, sekarang jg msh idup kok) hahaha

Waduuuh senangnya... Ya sudahlah, selamat menikmati postingan2 berikutnya guys!!
Ceyaa